![]() |
| Sumber: google.image.com |
Makanan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia.
Makanan diperlukan sebagai sumber energi bagi tubuh. Tanpa adanya energi, tubuh
akan merasa lemas karena kekurangan tenaga. Dalam prosesnya sebelum dikonsumsi,
diperlukan penanganan yang bersih, aman dan tepat agar makanan dapat terhindar
dari bakteri, virus, dan bahan kimia. Adanya bakteri, virus dan bahan kimia
pada makanan bisa mengakibatkan keracunan makanan yang dapat membahayakan
konsumen. Menurut WHO keracunan makanan (foodborne
disease) merupakan segala penyakit yang disebabkan atau diduga berasal dari
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Keracunan makanan (foodborne disease) yang mengakibatkan
dua orang atau lebih mengalami penyakit dengan gejala-gejala yang sama setelah
megkonsumsi makanan atau minuman yang sama dengan analisis epidemiologi
terbukti makanan tersebut sumber keracunan disebut Kejadian Luar Biasa (KLB) (outbreak). Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi
pada masyarakat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatnya disebut dengan
epidemik (Murti, 2013) .
Salah satu penyebab dari keracunan makanan adalah kontaminasi
dari mikroba. Sumber mikroba pada pangan sangat beragam. Mikroba dapat
mengontaminasi pangan melalui permukaan pangan, peralatan pengolahan, dan
perlatan makanan, melalui manusia, hewan (tikus, serangga, burung, hewan
peliharaan), serta medium air. mikroba patogen yang berasal dari pangan akan
bekerja dalam tiga mekanisme, yaitu secara infeksi, intoksikasi, dan
toksikoinfeksi (Rahayu & Nurwitri, 2012) . Infeksi terjadi
apabila mikroba patogen masuk ke tubuh melalui pangan. Intoksikasi disebabkan
oleh terkonsumsinya toksin ekstraseluler yang dihasilkan oleh mikroba yang
mencemari produk makanan. Toksikoinfeksi adalah terjadinya sekresi racun bila
sel mikroba telah berada dalam tubuh.
Ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan foodborne disease seperti Salmonella sp., Shigella sp., dan
lain-lain. Salmonella sp. dapat
menyebar bila pangan yang telah terkontaminasi (daging, telur, dan produk
hewani) dikonsumsi mentah atau belum matang. Selain itu kontaminasi dari bahan
pangan lain dan orang lain yang telah terinfeksi oleh Salmonella sp. menyiapkan atau mengkonsumsi makanan tersebut.
Gejala yang timbul setelah pangan dikonsumsi adalah mual, demam, pusing, kram
perut, diare, dan muntah-muntah. Penyebaran Shigella
sp. dapat melalui orang yang memiliki kebiasaan kebersihan yang buruk. Shigella sp. sering dijumpai pada pada produk hewani seperti susu, daging,
serta salad dan pangan lainnya. Gejala yang timbul antara lain sakit perut,
demam, muntah, diare yang kadang disertai darah, nanah, atau lender pada feses
selama 5-6 hari.
Untuk mencegah terjadinya foodborne
disease perlu beberapa tindakan yang dilakukan agar menjadi kebiasaan yang
baik. Beberpa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalisir potensi
terjadinya keracunan makanan adalah selalu menjaga kebersihan baik seperti
sebelum makan mencuci tangan atau buah dan sayur yang akan dikonsumsi.
Memisahkan bahan pangan yang mentah dengan yang sudah matang, memasak makanan
hingga matang, menyimpan makanan pada suhu yang aman, menggunakan air bersih
dan bahan pangan yang masih segar.
Daftar
Pustaka:
Tanpa nama. Tanpa tahun. Keracunan Pangan Akibat Bakteri
Patogen (online). http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf diakses pada 5 Mei 2016
Tanpa nama. Tanpa tahun. Penyakit Akibat Keracunan Makanan
(online). http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-id_03272015.pdf diakses pada 5 Mei 2016
Murti, B. (2013). Pengantar
EPIDEMIOLOGI. Semarang: Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Rahayu, W. P., & Nurwitri, C. C.
(2012). Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB Press.
